"Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Monday, February 4, 2013

SECUIL SURAT CINTA SEORANG IBU UNTUK ANAKNYA




            Bukan suatu kesombongan kalau ibumu ini menguntai sejuta kisah tentangmu, dan bagaimana aku merawatmu sampai dirimu tahu apa arti hidup. Bukan juga mau menandaskan bahwa aku adalah ibu terbaik diseluruh jagad. Dan juga bukan mau berharap kau membalas budiku....bukan...bukan itu. Singkirkan semua perasaan itu bila muncul dalam benakmu. Aku hanya mau menuturkan fakta sejarah menghadirkan memori indah dan mengurai nostalgia berkesan dulu, bahwa aku melihatmu dengan penuh cinta walau derita silih berganti menerpa keluarga kita.
            Dalam sudutku ku termangu dan diriku berdialog dengan perasaanku sendiri....” Semoga anakku ini bertumbuh dengan baik dan penuh iman.” Semoga anakku ini seperti anak-anak yang lain bisa mendapat apa yang pantas untuk ia terima dan menerima apa yang pantas ia dambakan. Semoga anakku ini tidak minder dan ngiler bila melihat temannya mempunyai semuanya dan segalanya. Karena itulah aku tidak pernah berpikir dua kali tentang diriku, apa yang harus kubeli untuk diriku. Saya juga tidak pernah peduli tentang diriku, apakah kebutuhanku sebagai seorang ibu dan sebagai insan manusia lengkap. Tetapi aku selalu berpikir dan peduli “Bagaimana memenuhi semua kebutuhan hidupmu....Anakku.”
            Anakku...bukan suatu kesombongan juga bahwa apa yang saya lakukan, dan pengorbanan apa yang telah aku curahkan semata untukmu. Saya tidak cemas walau dapur itu tidak berasap, karena besok akan membara lagi. Saya tidak pernah kuatir bila lumbung itu hampir kosong, karena besok akan terisi penuh. Saya juga tidak pernah menyesali bila minyak dalam kompor hampir kering, karena besok meluap pasti penuh. Memang untuk saya kesusahan sehari biarlah untuk sehari, besok pasti ada kesusahannya sendiri. Namun saya berusaha melindungi dirimu dari semua kesusahan itu. Biarlah aku menjadi “Tameng pelindung untukmu.”. Biarlah “Sayap hidupku menjadi tempat naungan indah bagimu, engkau hangat dan aman.” Karena walau aku lemah secara fisik namun “Kepak Sayapku” dan “Tameng Hidupku” lebih kuat dari baja sekalipun, demi kau anakku.
            Maka diatas segalanya adalah dirimu. Engkau adalah harta utama untukku, kendati kelak engkau bukan milikku selamanya. Saya sadar engkau adalah sumber kegembiraanku, walau saya insyaf tidak selamanya engkau akan bersamaku. Saya yakin engkau adalah Butir Mutiara, walau saya juga pasrah bahwa butir indah yang bertaburan pernik bening itu akan pergi dengan siapa nantinya engkau hidup bersama, dengan siapa Allah memberi keluarga baru. Disanalah butir mutiara yang indah itu bertaburan dan bersinar. Namun suka citaku lengkap, bila engkau bisa bahagia entah dimana.....bersama siapa....dan entah jauh dari pelupuk mataku. Memang itulah misiku membesarkanmu......”KECAPLAH KEBAHAGIAANMU."
            Anakku aku memang menanamkan nilai hidup dalam dirimu dengan penuh perjuangan dan bahkan bercucuran air mata. Karena itu buatlah aku bergembira menuai dengan bersorak-sorai. Namun aku perlu tandaskan...” Aku bukan berharap engkau menjadi orang terkenal. Aku juga tidak pernah berdoa supaya engkau duduk di rumah mewah bertakhta berlian. Saya juga tidak pernah bermimpi engkau mempunyai mobil mewah. Namun aku berdoa berharap dan mendambakan engkau menjadi orang beriman dan peduli dengan sesama.” Inilah suka cita yang aku maksudkan. Buatlah aku bergembira karena itu anakku. Jangan lupakan sejarah keluargamu yang sederhana namun kaya akan iman. Jangan juga lupa akan Allah karena Dia yang selalu menjaga dan menunjukkan jalanmu.
            Anakku...inilah untaian dan cetusan terdalam dari aku ibumu. Harapku engkau mengerti akan semua curahan hati ini. Tersenyumlah dan bahagialah bila engkau telah membacanya, karena sekali lagi aku bahagia bila engkau bahagia, entah dengan siapa pun nantinya Allah memberimu pasangan hidup. Anakku doaku tidak pernah lepas dari perjalanan hidupmu. Dan jangan cemas bila aku tinggal sendirian dirumah mungil. Aku bahagia disana, karena dirumah mungil nan sederhana itulah aku bisa mengeja kembali NOSTALGIA itu. “ Anakku bila ada waktumu.....? Mampirlah......Itu juga RUMAHMU....”.

Sources By : Pst. Felix SSCC

No comments:

Post a Comment