Bukan
suatu kesombongan kalau ibumu ini menguntai sejuta kisah tentangmu, dan
bagaimana aku merawatmu sampai dirimu tahu apa arti hidup. Bukan juga mau
menandaskan bahwa aku adalah ibu terbaik diseluruh jagad. Dan juga bukan mau
berharap kau membalas budiku....bukan...bukan itu. Singkirkan semua perasaan
itu bila muncul dalam benakmu. Aku hanya mau menuturkan fakta sejarah
menghadirkan memori indah dan mengurai nostalgia berkesan dulu, bahwa aku
melihatmu dengan penuh cinta walau derita silih berganti menerpa keluarga kita.
Dalam
sudutku ku termangu dan diriku berdialog dengan perasaanku sendiri....” Semoga
anakku ini bertumbuh dengan baik dan penuh iman.” Semoga anakku ini seperti
anak-anak yang lain bisa mendapat apa yang pantas untuk ia terima dan menerima
apa yang pantas ia dambakan. Semoga anakku ini tidak minder dan ngiler bila
melihat temannya mempunyai semuanya dan segalanya. Karena itulah aku tidak
pernah berpikir dua kali tentang diriku, apa yang harus kubeli untuk diriku.
Saya juga tidak pernah peduli tentang diriku, apakah kebutuhanku sebagai seorang
ibu dan sebagai insan manusia lengkap. Tetapi aku selalu berpikir dan peduli
“Bagaimana memenuhi semua kebutuhan hidupmu....Anakku.”
Anakku...bukan
suatu kesombongan juga bahwa apa yang saya lakukan, dan pengorbanan apa yang
telah aku curahkan semata untukmu. Saya tidak cemas walau dapur itu tidak
berasap, karena besok akan membara lagi. Saya tidak pernah kuatir bila lumbung
itu hampir kosong, karena besok akan terisi penuh. Saya juga tidak pernah
menyesali bila minyak dalam kompor hampir kering, karena besok meluap pasti
penuh. Memang untuk saya kesusahan sehari biarlah untuk sehari, besok pasti ada
kesusahannya sendiri. Namun saya berusaha melindungi dirimu dari semua
kesusahan itu. Biarlah aku menjadi “Tameng pelindung untukmu.”. Biarlah “Sayap hidupku
menjadi tempat naungan indah bagimu, engkau hangat dan aman.” Karena walau aku
lemah secara fisik namun “Kepak Sayapku” dan “Tameng Hidupku” lebih kuat dari
baja sekalipun, demi kau anakku.
Maka
diatas segalanya adalah dirimu. Engkau adalah harta utama untukku, kendati
kelak engkau bukan milikku selamanya. Saya sadar engkau adalah sumber
kegembiraanku, walau saya insyaf tidak selamanya engkau akan bersamaku. Saya
yakin engkau adalah Butir Mutiara, walau saya juga pasrah bahwa butir indah
yang bertaburan pernik bening itu akan pergi dengan siapa nantinya engkau hidup
bersama, dengan siapa Allah memberi keluarga baru. Disanalah butir mutiara yang
indah itu bertaburan dan bersinar. Namun suka citaku lengkap, bila engkau bisa
bahagia entah dimana.....bersama siapa....dan entah jauh dari pelupuk mataku.
Memang itulah misiku membesarkanmu......”KECAPLAH KEBAHAGIAANMU."
Anakku
aku memang menanamkan nilai hidup dalam dirimu dengan penuh perjuangan dan
bahkan bercucuran air mata. Karena itu buatlah aku bergembira menuai dengan
bersorak-sorai. Namun aku perlu tandaskan...” Aku bukan berharap engkau menjadi
orang terkenal. Aku juga tidak pernah berdoa supaya engkau duduk di rumah mewah
bertakhta berlian. Saya juga tidak pernah bermimpi engkau mempunyai mobil mewah.
Namun aku berdoa berharap dan mendambakan engkau menjadi orang beriman dan
peduli dengan sesama.” Inilah suka cita yang aku maksudkan. Buatlah aku
bergembira karena itu anakku. Jangan lupakan sejarah keluargamu yang sederhana
namun kaya akan iman. Jangan juga lupa akan Allah karena Dia yang selalu
menjaga dan menunjukkan jalanmu.
Anakku...inilah
untaian dan cetusan terdalam dari aku ibumu. Harapku engkau mengerti akan semua
curahan hati ini. Tersenyumlah dan bahagialah bila engkau telah membacanya,
karena sekali lagi aku bahagia bila engkau bahagia, entah dengan siapa pun
nantinya Allah memberimu pasangan hidup. Anakku doaku tidak pernah lepas dari
perjalanan hidupmu. Dan jangan cemas bila aku tinggal sendirian dirumah mungil.
Aku bahagia disana, karena dirumah mungil nan sederhana itulah aku bisa mengeja
kembali NOSTALGIA itu. “ Anakku bila ada waktumu.....? Mampirlah......Itu juga
RUMAHMU....”.
Sources By : Pst. Felix SSCC
Sources By : Pst. Felix SSCC
No comments:
Post a Comment